Vebrian.com – Setelah mengalami masa-masa penyembuhan setelah mengalami kejadian pahit karena blog di-banned si Mbah, rasa penasaranku tentang dunia internet marketing masih tinggi. Bagiku kegagalan yang baru saja aku alami adalah awal dari kesuksesan yang akan menantiku di depan sana, cuma sebuah batu yang menyenggol ujung kakiku saja. Tidak lebih.
Informasi terus aku gali terutama tentang semua hal yang beraroma internet marketing. Terus mengetikkan kata demi kata, keyword demi keyword di mesin pencari nomor wahid di dunia. Suatu ketika, terdamparlah aku di pantai yang lain. Bukan lagi yang berhubungan dengan blog dan cara membangunnya tapi tentang bagaimana cara menjual produk dengan menggunakan media sosial.
Facebook, menjadi tempat aku berlabuh setelah kapal pertamaku kandas di tengah laut pengetahuan SEO dan segala tetek bengeknya yang masih tidak aku pahami. Pantai kedua yang akan memberiku pengalaman berharga tentang bagaimana cara mempromosikan produk sendiri dengan cara yang lebih ampuh.
Tulisan dalam seri Masih Dunia IM kali ini berisi cerita pengalaman pribadiku ketika mencoba memahami teknik Facebook Marketing. Banyak hal yang terjadi selama berselancar di dunia baru ini. Mulai dari berkenalan dengan para mastah (yang aku tidak benar tidaknya), mencari tool-tool yang (katanya) ampuh untuk menjual, hingga ujung-ujungnya beriklan dengan FB Ads.
Contents
Sudah Bukan Zamannya
Terjun ke dunia yang awam ini membuatku harus mencari informasi dari berbagai cara. Baik dari mesin pencari dengan membaca banyak artikel, menonton video, dan bahkan meng-add orang-orang yang postingannya menyangkut tentang Facebook Marketing.
Ada banyak orang yang aku tambahkan sebagai teman di Facebook. Sebagian ada yang langsung menerima, sebagian ada yang tidak merespon hingga tulisan ini selesai ditulis. Bahkan ada yang tidak bisa ditambahkan sama sekali sejak awal karena permintaan pertemanan yang penuh.
Hal tersebut aku lakukan untuk mengorek-ngorek ilmu yang mungkin bisa aku dapatkan jika membaca status para mastah-mastah tersebut. Sebenarnya aku sendiri kurang yakin kalau mereka memang the real mastah, karena sebagian ada yang cuma pamer profit jualan saja.
Tapi, tak bisa dipungkiri justru karena tingkah laku orang yang pamer screenshot hasil penjualan itulah yang membuat aku penasaran. Kok bisa, ya? Bagaimana caranya coba? Dulu sosial media biru ini cuma aku pakai buat chatingan tidak karuan di grup alay, tapi sekarang?
Kenal Copywriting
Memang benar, sosmed sekarang sudah bukan sebuah tempat untuk sekedar melakukan percakapan di dunia maya. Sosmed sekarang adalah tempat untuk menggelar lapak, mempromosikan produk andalan, dan mendapat profit jualan.
Paling tidak, itulah kesimpulan yang bisa aku dapatkan dari sebuah postingan seseorang yang katanya bisa menghipnotis orang melalui tulisan. Hebat sekali. Aku punya kenalan yang mampu menghipnotis seseorang yang bahkan tidak ia kenal dan membuatnya lupa bagaimana cara menghitung yang baik dan benar.
Apa yang dilakukan oleh kenalanku tersebut saja sudah membuatku terkesima. Dan sekarang, ada seseorang yang terkenal bisa menghipnotis lewat tulisan. Seorang lelaki yang sudah berhasil menjual ratusan buku dan produknya hanya dengan tulisan. Sadis.
Dan beruntung, orang tersebut sempat aku tambahkan sebagai teman. Tiap kali aku membaca apa yang ia tulis selalu saja aku membuat aku tertarik untuk membacanya hingga selesai. Panjang sekali apa-apa yang ia tulis, namun entah kenapa seolah aku tak bosan membacanya. Benar-benar menghipnotis.
Copywriting atau biasa disingkat CW adalah sebuah tulisan yang mempengaruhi alam bawah sadar pembaca untuk melakukan hal-hal yang diinginkan si penulis. Setidaknya itu definisi copywriting versiku atau lebih mudahnya tulisan yang menghipnotis. Dari orang tersebutlah aku kemudian belajar tentang CW dan dari orang tersebut juga aku berkenalan dengan mastah-mastah yang lain beserta ilmu-ilmu yang mereka punyai.
Saatnya Praktek!
Ilmu daging kalau tidak dipraktekkan, akan segera busuk! Itulah kalimat yang membuatku untuk secepatnya mempraktekkan ilmu-ilmu yang aku dapatkan. Memang benar, ilmu yang selama beberapa hari aku peroleh secara mandiri lewat sosial media ini merupakan ilmu yang jika tidak dipraktekkan langsung seketika maka secara otomatis tidak akan menghasilkan apa-apa.
Hampir semua ilmu yang aku dapatkan adalah ilmu-ilmu teknis tentang bagaimana membuat kata-kata yang menghipnotis, bagaimana cara riset untuk FB Ads, dan lain sebagainya. Mempraktekkan apa yang sudah aku dapatkan mungkin akan membuatku lebih paham. Sekarang, setelah akumulasi pengetahuan tentang FB Ads, aku merasa perlu membuat sebuah percobaan dengannya.
Tanpa pikir panjang, aku langsung membuat sebuah akun bisnis khusus untuk beriklan di Facebook. Atas nama pribadi saja karena tak begitu paham dengan pilihan yang lain. Memasukkan beberapa data hingga akun untuk beriklan selesai dibuat.
Singkat cerita, aku mempraktekkan pelajaran yang aku dapatkan dari artikel, dari video, hingga webinar yang aku sempat ikuti. Mulai dari riset, cara membuat CW, dan tentang membuat gambar untuk iklan, dan lain sebagainya.
Be A Stalker
Dengan dana beriklan yang bisa dibilang sangat minim cuma 10 ribu rupiah per hari aku mencoba untuk mengiklankan produk kaos distroku lewat FB Ads. Riset yang bisa dibilang sangat tidak profesional, hanya memerlukan waktu beberapa jam saja membuatku tidak percaya diri akan sukses. Tapi, paling tidak aku masih punya keyakinan kalau produk kaos milikku pasti ada yang berminat membelinya.
Beberapa jam setelah iklan yang susah payah aku buat diterima oleh pihak Facebook, aku selalu penasaran bagaimana perkembangan iklanku. Seberapa besar jangkauannya? Seberapa besar interaksinya? Atau adakah yang memberikan komen positif atau bahkan kepo? Hampir satu hari penuh, aku cuma bisa melakukan hal tersebut.
Seingatku, iklan kaos distro aku jalan selama 5 hari berturut-turut. Sebelumnya, aku sudah mentransfer kas sebagai biaya iklan dengan menggunakan metode ATM transfer. Dari iklan tersebut menghasilkan penjualan selusin kaos distro pre-order dengan brand milikku sendiri. Lumayan lah bagi seorang newbie, pikirku.
Merasa tak puas dengan pencapaian tersebut, aku kembali penasaran dengan sebuah peluang bisnis yang masih berhubungan dengan kaos. Peluang tersebut bisa dibilang lebih mudah dijalankan dibandingkan bisnis kaos milikku.
Cukup menjual sebuah desain untuk kaos distro dan mempromosikannya lewat Facebook, dan tara! profit mengalir. Salah satu platform yang digunakan adalah Teespring.
Tapi, apa itu Teespring? Hanya kepo saja tidak cukup, aku perlu menjadi seorang stalker sekarang.
Leave a Reply