Vebrian.com – Tenggat waktu terbatas serta tugas pribadi penuh tantangan, menuntut ku untuk terus mengoptimalkan waktu di tengah-tengah kegiatan pesantren yang padat. Tidak ada waktu untuk berleha-leha sekarang, ini saatnya untuk serius.
Tepat pada hari Sabtu, 3 September 2016, kakak ku akan melaksanakan wisuda atas perjuangannya merengkuh tali estafet keilmuan di Pascasarjana UNS jurusan Pendidikan Sejarah. Mumpung aku juga sedang berada di Jawa, aku tentu ingin menghadiri acara yang menurutku membosankan tersebut.
Oleh karena itu, persiapan menuju Kota Surakarta pun dilakukan. Mengemas pakaian beberapa lembar dan laptop, tentunya. Coretan tinta kali ini merupakan tulisan paling up to date dibanding yang tulisan di seri JIT yang lain.
Alasannya sederhana, kejar tayang Om. Hehehe…
Contents
Tidak Perlu Salam-salaman
Pagi Jumat setelah habis olahraga (perut), aku kembali ke pondopo untuk mengecek tas. Sudah lengkap semuanya ku rasa. Kebetulan bertemu Mas Vatih di depan rumahnya, sekalian saja aku minta izin pulang langsung kepadanya. Beliau mengizinkan dan menyuruhku minta izin ke guruku, Mas Juki.
Sebelum itu, aku dan kawan-kawan di pendopo berbincang ringan, sambil mengeringkan keringat yang ada di badanku. Kemudian, mengambil handuk yang ada di jemuran dan mandi untuk menyegarkan diri.
Aku lewatkan sarapan pagi pada hari ini. Takutnya, aku akan mual-mual selama berada di dalam bus nantinya seperti terakhir kali. Lagipula, perut ku sudah diisi dengan makanan ringan saat olahraga tadi.
Masuk ke ruang kerja dan kemudian minta izin pamit ke Mas Juki, guru internet marketing Sintesa angkatan IV untuk kelompok Utsman dan Ali. Beliau mengizinkan setelah mengajukan beberapa pertanyaan.
Laptop merahku kemudian aku bawa dari ruang kerja. Tentu dia akan menemaniku selama perjalanan, always. Kembali ke pondopo dan memasukkanya ke dalam tas. Everything is ready! It’s time to go!
Jalan ke terminal Maospati lumayan memakan waktu, jadi aku minta saja Oki untuk mengantarkanku sampai ke sana. Setelah motor Oki dikeluarkan aku langsung meletakkan tas besar di depan. Tak perlu adegan salam-salaman, pikirku. Ribet.
Tapi, sebelum itu Bang Anas mendata terlebih dahulu. Yup, data batas 20 hari yang diberikan pondok untuk semua santri. Setelah didata, aku dan Oki pun langsung cabut. Menuju terminal Maospati.
Sesampainya di Maospati, aku menunggu bus jurusan Solo selama beberapa menit. Sebuah minuman soda aku beli untuk mengusir kebosanan ku menunggu. Tak lama, seorang lelaki kemudian memberitahu ku bahwa bus jurusan Solo sudah datang. Bus Mira.
Alunan Merdu Ayat Suci
Terakhir kali aku naik bus saat menuju Maospati tujuan utama ke Sintesa. Saat itu, yang terjadi adalah aku hampir muntah karena terlalu banyak makan dan belum terbiasa naik bus. Namun, kali ini berbeda. Perutku cuma diisi dengan makanan ringan dan aku sudah beli minuman bersoda untuk pencegah mual. Resep turun-temurun.
Perjalanan ditempuh dengan sangat santai. Aku memasang headset dan menyetel lagu-lagu untuk menghibur hati. Setelah cukup terhibur, aku menghentikan dendangan lagu. Aku teringat kalau besok harus setor hafalan, hari Sabtu. Membuka aplikasi Qur’an dan muraja’ah akhirnya.
Tak cukup hanya melihat mushaf digital, aku kemudian mengunduh beberapa mp3 halaman ayat yang aku hafal. Memasang headset sambil mendengar lantunan ayat oleh Syeikh Ali Hudzaify.
Tak lama setelahnya, aku merasa mengantuk. Entah karena saking merdunya hingga membuatku terlena atau itu godaan setan untuk tidak muraja’ah.
Wallahu a’lam. Think positive, you’re in the right path, man! But, I was so sleepy.
Terlanjur Kelewatan
Terkejut aku saat mendengar suara seseorang membenturkan besi dengan besi di dalam bus. Aku terbangun dari tidur santaiku. Menatap ke depan dan kemudian menengok ke kanan kiri, aku seperti kenal daerah ini.
Benar saja, itu daerah belakang UNS. Aku kelewatan. Mungkin karena rohku masih belum sempurna masuk ke dalam ragaku, aku malah tidak turun segera dari bus. Memilih untuk berlama-lama di dalam bus dan malah ingin jalan-jalan sebentar.
Bus sudah berhenti beberapa kali dengan menurunkan sejumlah orang, aku hanya duduk diam manis hingga terdengar suara bahwa tujuan selanjutnya adalah Balapan. Cukup disini, pikirku. Bus berhenti dan aku pun kemudian turun.
Aku kemudian menelepon kakakku, memberitahu kalau aku sudah sampai Solo. Karena ia sedang bersama ayahku, ia menyuruhku untuk naik BST (Batik Solo Trans) saja menuju kos. Aku makan camilan dulu di dekat aku tadi berhenti. Lumayan mengisi perut yang keroncongan. Setelahnya aku berjalan untuk mencari bus stop BST.
Setelah berjalan selama kurang lebih 15 menit, aku tidak menemukan satupun bus stop. Entah kenapa aku tidak tahu, mungkin karena daerah tersebut tidak berada di jalur operasi BST. Aku kemudian menelepon balik kakakku dan dan ia menyuruhkan untuk berhenti di rumah makan dan menunggu di sana.
Karena disuruh begitu, aku pun kemudian memilih untuk makan mie ayam. Dekat dengan perempatan Pasar Ngemplak, aku beristirahat lagi. Memesan semangkuk mie ayam dan segelas es teh manis. Sambil menunggu jemputan kakakku.
Rezeki Emang Gak Kemana ya, Om
Benar sekali kata-kata mutiara di atas itu. Gak bakalan kemana-kemana. Beruntung setelah aku menyeberang jalan tempat aku bertemu kakakku di Pasar Ngemplak, aku disuruh kakakku melihat-lihat tas yang ada di toko tas di pasar itu. Bakalan dapat rezeki nomplok nih, pikirku.
Secepat kilat kemudian, aku langsung menuju toko tersebut dan melihat-lihat tas yang ada di sana. Target utama, tas bahu. Tak lama, mataku kemudian seketika tertancap pada tas bahu berwarna biru. Yah, warna biru. Sedikit kecewa.
Bertanya kepada si penjual apakah ada warna selain biru. Ia berkata ada tapi warnanya malah biru cerah. Terlalu alay. Daripada tidak ada, aku pun memilih tas tersebut dan kakakku yang membelikannya. Huhuhu, rezeki emang gak kemana. Hayo, kemana coba?
Mencium Aroma Kos Mahasiswa (Lagi)
Akhirnya kembali menginjak di kos di daerah Panggungrejo. Sebuah bangunan dengan ukuran tak seberapa besar diapit oleh kos dan rumah di kiri kanan. Bertingkat tiga dan memiliki kamar lebih dari 10 buah kurasa.
Naik ke lantai tiga dan masuk ke kamar kakakku. Di sana sudah ada ayahku yang sudah datang kemarin siang. Aku salim dengannya dan berbicara santai sebentar tentang alasan ibu dan adikku tidak ikut. Setelahnya, aku beristirahat sejenak melepas penat.
Di kamar sebelah ternyata ada Kang Heri, teman kakak dari Ciamis. Ia juga akan diwisuda besok hari bersama dengan kakakku. Sepertinya akan rame nih, keluarganya juga akan ikut di acara besok.
Rencananya malam nanti, aku dan ayahku akan pergi ke mall untuk membeli baju sebagai oleh-oleh dari Solo. Sambil menunggu malam tiba, aku kemudian membuka laptop dan mengerjakan tugas yang masih belum selesai.
“Hantu” di Tempat Perbelanjaan
Kami pergi dengan dua buah motor. Kakak dan ayah dengan motor bebek biasa sedangkan aku dan Kang Heri memakai motor gede, hasil pinjaman. Hihihi.
Pertama, kami pergi ke Trend dulu. Kakakku membeli sebuah kaos putih dan sebuah kemeja. Begitupun ayahku, ia juga membeli beberapa lembar kaos. Setelah selesai berbelanja di sana, kami menuju Luwes.
Di sana, di lantai ketiga kakakku langsung mencari sesuatu. Aku tak tahu apa, aku hanya pergi ke bagian celana jogger. Walaupun ada yang bagus, tapi ditahan dulu untuk beli. Isi dompet belum keisi. Tahan dulu, tahan.
Cukup lama kami berada di mall tersebut, mataku tiba-tiba terasa sangat berat. Mungkin istirahat di kos tadi masih belum cukup, apalagi sambil mengerjakan tugas juga. Badan mulai lunglai dan kantuk menyerang. Aku ingin langsung pulang ke kos saja jadinya.
Tak lama, kakakku selesai dengan urusannya di mall yang penuh dengan orang tersebut. Suara seseorang terdengar memberitahukan para pengunjung untuk segera menyelesaikan belanja mereka. Mall tersebut sudah mau ditutup.
Kami pun kemudian pulang dan langsung menuju ke kos. Sesampainya di sana aku meletakkan semua barang-barang dan tidur di kamar kakakku. Sangat melelahkan di siang berada di jalan dan malamnya berjalan-jalan di tempat perbelanjaan.
Kerongkongan yang kering membuatku haus, aku jadi kangen susu murni yang ada di sekitar kos. Kebetulan saat itu kakak ku sedang ingin keluar langsung saja aku minta tolong belikan sebungkus es susu murni coklat. Berharap bisa menghujani kerongkongan nanti dengan segarnya.
Aku merebahkan badanku ke hamparan busa empuk di kamar yang sudah ditinggal kosong. Rasa kantuk menyerang dan mataku tertutup. Tak terasa pikiranku seolah melayang dan tak sadarkan.
Sayup-sayup aku mendengar suara yang memanggil namaku. Suara tersebut lalu memberitahuku kalau es susu murni coklat pesananku sudah datang. Namun, aku merasa itu hanya mimpi. Suara tersebut kemudian hilang.
Seolah menjadi penutup di hari yang melelahkan, tertidur lelap di kasur empuk setelah meminta izin pamit dari pondok. Dari Sintesa menuju terminal Maospati dengan motor. Naik bus menuju Solo kemudian kembali ke kos kakak. Shopping tidak karuan di mall kota Solo sebagai makanan penutup hari ini.
Sungguh hari yang luar biasa, hal seperti ini jarang-jarang aku alami. Besok tentu akan menjadi hari yang luar biasa, wisuda pascasarjana kakakku. Mimpi dari tidurku yang lelap pun sirna sudah. Aku terbangun oleh adzan Subuh sang muadzin Panggungrejo.
Leave a Reply