Vebrian.com – Hari yang sangat istimewa sudah tiba. Tertanggal 3 September 2016, kakakku resmi diwisuda menjadi seorang Master di bidang Pendidikan Sejarah. Bercampur baur dengan ribuan lulusan yang lain pada hari itu, aku dan ayahku akan ikut menghadiri acara bersejarah tersebut.
Contents
Cumlaude dan Sharing Para Mastah
Pagi-pagi buta aku disuruh cepat-cepat mandi oleh ayahku. Maklum, acara wisuda akan dimulai jam 7 pagi ini. Kakak dan Kang Heri sudah dari tadi bersiap-siap dengan pakaian hitam ditambah aksesoris tambahan lainnya lengkap dengan topi segi lima dipakai di kepala.
Dua orang tersebut diwisuda dengan prestasi yang luar biasa, cumlaude. Sebuah pita berwarna biru bertuliskan kata tersebut melintang di bahu keduanya. Lengkap sudah semua, keduanya lalu langsung meninggalkan kos terlebih dahulu.
Selesai mandi, seperti biasa aku membuka akun sosial media milikku. Siapa tahu ada info menarik hari ini. Ternyata benar, Mulkan, salah satu teman santriku di Sintesa mengunggah foto santri Sintesa bersama para mastah pagi kemarin. Mereka sharing pengalaman mereka selama bergelut di dunia bisnis online saat itu.
Sempat kecewa karena tidak ikut nimbrung di foto tersebut (eh?). Tapi, yang jelas aku ketinggalan materi tambahan berupa sharing pengalaman para mastah yang juga merupakan tamu Mas Vatih pada hari Jumat dimana aku pergi ke Solo.
Tapi, tak apa lah. Nanti juga bisa minta penjelasan ulang dari teman-teman yang ikut. Lagipula ada sedikit rekaman video oleh temanku yang diunggah ke YouTube. Lumayan dapat percikan ilmunya.
Salah Paham
Sudah hampir jam 7 pagi. Mobil putih yang katanya akan menjemput kami belum juga datang. Selain aku dan ayahku, keluarga Kang Heri juga akan menghadiri wisuda hari ini. Aku sempat mengira hanya aku dan ayahku yang jalan kaki menuju kampus, ternyata tidak.
Lama menunggu, aku kemudian menelepon lagi kakak. Aku bertanya kapan mobil putih tersebut akan datang. Ia kemudian bertanya balik bukankah supirnya ada di kamar lantai dua. Aku bingung. Aku kemudian sadar bahwa aku salah paham.
Aku mengira kalau kami akan dijemput mobil lain yang mungkin telah disewa, tapi sebenarnya mobil putih tersebut adalah mobil yang mengantar keluarga Kang Heri sampai ke kos kakak jam 2 dinihari tadi. Aku kemudian teringat ada seseorang tertidur telungkup di kamar lantai dua pagi tadi saat aku memanggil keluarga Kang Heri.
Segera aku kemudian sadar atas kesalahpahamanku dan beranjak menuju kos, naik ke lantai dua diikuti oleh paman Kang Heri. Aku kemudian mendapati supir tersebut sudah bangun dan sepertinya baru selesai shalat Subuh.
Akhirnya setelah tahu, ia yang akan mengantar kami ke kampus segera ia mengambil mobil putihnya dan berhenti di depan warung burjo tempat kami menunggu. Aku duduk di kursi depan menjadi penunjuk arah.
Bejibun Tamunya
Aku sempat mendengar total mereka yang diwisuda mencapai 1800 orang lebih saat berada di mobil. Beuh, gak kebayang tuh tamu yang datang sebanyak apa. Satu yang wisuda sudah membawa satu undangan, sudah 1800 tamu. Tapi, tentu saja tidak ada wisudawan yang membawa cukup satu tamu saja. Minimal dua dan maksimal bawa satu batalion RT.
Suasana jalan kampus di UNS sangat ramai. Jika sebelumnya sisi kiri kanan jalan tersebut hanya dihiasi oleh dedaunan yang jatuh di atas reremputan maka hari ini tiba-tiba dijejali oleh mobil-mobil yang terparkir dengan rapi.
Kami berhenti di depan jalan menuju auditorium. Benar saja, di bawah tenda di samping tempat itu sudah duduk banyak orang berbaju rapi. Tamu para wisudawan hari ini. Ayah dan ibu Kang Heri langsung masuk ke dalam audit sedangkan aku dan yang lain mencari kursi untuk duduk. Syukurlah masih ada kursi yang kosong.
Aku yang tak suka duduk diam lebih memilih jalan-jalan di sekitar tempat tersebut. Melihat beberapa stand air minum serta booth foto ala wisudawan yang berjejer tak jauh. Selain itu, ada para penjual asongan yang ikut mengais rezeki di sana.
Aku berjalan menuju rektorat UNS dan mencari tempat untuk bersantai. Mencoba mengingat sebuah tempat di sana yang bisa dijadikan titik untuk sekedar relaks. Ada. Kantin danau UNS. Aku melangkah ke sana, duduk, dan membuka laptop merahku.
Acara yang Super Membosankan
Colokan listriknya tidak berfungsi. Laptop merahku sudah hampir sekarat, baterainya lupa aku isi malam tadi. Jadilah, kegiatan menulis pagi itu buyar seketika. Batal menulis cerita, aku cukup bersyukur bisa menulis kerangka artikel meski sebentar.
Aku memilih kembali ke acara wisuda. Berjalan kembali dan berdiri di belakang keluarga Kang Heri yang memang duduk di barisan kursi paling belakang. Beberapa layar yang sudah disediakan untuk para tamu melihat para wisudawan/wati dipindahkan tali toganya dari kiri ke kanan oleh rektor.
Sebanyak 1800 orang lebih berikut nama mereka disebutkan satu per satu oleh dua orang. Bagaimana mungkin acara tersebut menjadi tidak membosankan dengan rangkaian acaras super flat sampai beberapa jam kemudian? Aku pernah merasakannya dan itu benar-benar membosankan. Dan sangat pengap, tentunya.
Cuaca yang panas membuatku haus, aku kemudian mencari sesuatu untuk memanjakan kerongkonganku. Menengok ke belakang dan aku melihat gerobak merah es krim yang sejak dari tadi jingle-nya tidak berhenti diputar.
Foto-foto, Makan-makan, Foto-foto Lagi
Akhirnya acara selesai, kami kemudian pergi ke titik awal kami turun dari mobil, di sana sudah menunggu ayahku dan ibu Kang Heri. Ayahku kemudian mengajak kami untuk makan di lapak dadakan UNS. Kami kemudian memesan beberapa miso.
Tak lama, kakak dan Kang Heri datang menyusul. Mereka berdua juga memesan miso dan air minum, duduk bersama setelah berfoto-foto ria bersama Wicca teman-teman mereka. Aku pun tak mau kalah ingin berfoto narsis memakai pita cumlaude. Hehehe.
Berlatar belakang terpal coklat, foto-foto ditangkap oleh sebuah kamera Nikon. Kamera tersebut milik Kang Heri, ia sengaja membawanya untuk mengabadikan momen wisuda hari ini. Banyak sekali foto yang ia ambil.
Sudah merasa cukup dengan eksisnya, kami pun naik ke mobil putih yang sudah parkir di kanan jalan kampus beberapa menit yang lalu. Tujuannya, pulang ke kos kakak di Panggungrejo.
Foto Studio Rasa Milik Sendiri
Sesi foto-foto masih belum selesai ternyata. Mobil putih yang telah berhenti di depan gang kos disinggahi oleh kakak ku. Ia berkata bahwa tujuan berikutnya bukan pulang, tapi ke foto studio. Mengabadikan kenangan abadi lewat jepretan khas ruangan persegi di sana.
Tak jauh dari komplek kos kakakku, foto studio itu berada tepat di perempatan jalan. Kami semua keluar dari mobil dan masuk ke studio tersebut. Lalu, kami masuk ke ruangan persegi dengan peralatan foto lengkap.
Kami berfoto resmi terlebih dahulu. Bergantian dengan keluarga masing-masing dan kemudian satu sesi difoto bersama. Posisi kami diatur sedemikian rupa oleh si tukang jepret. Selesai sesi resmi tersebut, mulailah kami berfoto sendiri.
Karena bapak tukang foto keluar duluan dan memang mempersilahkan kami mengambil foto di dalam ruangan tersebut, jadilah kami mengoptimalkan kesempatan tersebut. Menggunakan properti yang ada di sana dan kemudian berfoto menggunakan kamera Nikon Kang Heri. Studio itu serasa milik kami sendiri, bebas narsis di dalamnya. Hehehe.
Ada banyak foto yang didapat, namun sayang tidak ada satupun yang sempat aku minta datanya. Mungkin lain kali saja.
Ada Pertemuan Ada Perpisahan
Acara wisuda sudah berakhir begitupun dengan sesi foto-foto, kami semua kembali ke kos. Begitu sampai di kos, selang beberapa saat Kang Heri dan keluarganya yang berada di lantai kedua naik ke lantai ketiga menuju kamar kakak.
Ia dan ibunya membawa kotak kardus yang telah diikat dengan tali. Ia kemudian berkata bahwa akan langsung pulang ke Ciamis siang itu juga. Aku kemudian membantunya untuk beres-beres semua barangnya dan membawa turun untuk dimasukkan ke dalam mobil.
Kami bertiga mengantarkan mereka sekeluarga hingga masuk ke dalam mobil. Kang Heri mengajak kami untuk kapan-kapan berkunjung ke Ciamis dan ia siap membawa kami ke tempat wisata di sana. Begitupun ayahku, ia juga mengajak untuk kapan-kapan pergi ke Banjarmasin.
Selain itu, aku juga sempat berbincang dengan supir teman Kang Heri yang aku tak tahu siapa namanya, sejak dari lapak warung makan di UNS tadi siang. Ia ternyata adalah seorang pemilik warung makan, jadi ia berkata kalau aku nanti ke Ciamis aku akan ditraktir makan di restoran miliknya. Insya Allah.
Mereka pun akhirnya pergi menuju tujuan pulang. Aku kembali ke kos dan duduk diam mengerjakan tugas. Harus aku kerjakan meski sedikit, meski dengan tubuh yang lunglai.
Membosankan (Lagi)
Cuma berada di kos sampai adzan Maghrib berkumandang. Shalat kemudian dan mengaji beberapa lembar. Selanjutnya mengerjakan tugas Sintesa hingga Isya.
Tempat makan malam ini cukup burjo saja sepertinya. Aku, kakak dan ayahku kemudian turun dari kos menuju warung 24 jam yang berada di depan gang kos tersebut. Nasi goreng dan es teh manis menjadi menu sederhana malam ini.
Selesai dengan acara makan-makannya, kami kembali ke kos. Aku mengerjakan tugas dan rasa bosan menyerang. Aku perlu camilan, pikirku. Menu yang baru saja dimakan tidak cukup menjadi sahabat dalam tugas. Minimarket dengan camilan yang dijual di dalamnya menjadi tujuanku.
Gerimis melanda saat aku berjalan menuju minimarket tersebut. Membeli camilan manis dan wafer coklat sesampainya di sana. Berjalan pulang aku kemudian tergoda untuk membeli bakpao. Dua bakpao dengan isi coklat ku tambahkan dalam menu asupan gizi.
Duduk di kos dan melahap satu bakpao putih isi coklat tadi sudah membuatku kenyang. Malam itu, kami bertiga hanya berada di kos. Rencananya kami ingin jalan-jalan, tapi motornya tidak ada.
Sungguh, hari ini menjadi hari berbalut kebosanan sekaligus menjadi hari penuh keistimewaan.
By the way,
Congratulations on your graduation, my elder brother!
Sabtu, 3 September 2016
Leave a Reply