Vebrian.com – Pada artikel kali ini, aku akan membahas tentang berbagai panganan dari tempat-tempat yang pernah aku kunjungi selama berada di Jawa. Kebanyakan panganan tersebut memang juga terdapat di daerah lain dan sebagian khas karena cuma ada di kota tersebut. Panganan dari jenis kue lebih dominan aku ceritakan karena I love something sweet.
Contents
1. Bolang Baling Kudus
Panganan pertama berasal dari Kota Santri, Kudus yakni bolang baling. Kesan pertama saat pertama kali mendengar nama kue ini disebutkan adalah sebuah alat dari robot kucing untuk bisa terbang ke tempat mana pun yang kita mau. Baling-baling bambunya Doraemon. Jauh, ya? Tapi, yah memang begitu adanya.
Waktu pertama membeli kue adalah ketika aku masih ikut kegiatan puasanan di salah satu pondok di Kudus yang pernah aku ceritakan di artikel sebelumnya, yakni di Ponpes Yanbu’ul Qur’an. Aku yang telah lama ingin makan sesuatu yang manis, minta izin untuk keluar sebentar mencari makanan. Karena di bulan puasa, maka kami hanya boleh keluar setelah tarawih selesai dilaksanakan.
Kami hanya berdua saat itu, melewati jalan menara Kudus dan kemudian keluar di perempatan. Kami mencari di sepanjang jalan dan kemudian menemukan toko kecil yang menjajakan kue-kue dan salah satunya adalah bolang baling ini.
Menurut lidahku yang sebenarnya tak bisa mengecap rasa dengan baik, kue bolang baling ini termasuk kue yang enak. Saat di Kudus, temanku berkata bahwa bolang-baling di sana berukuran sangat besar. Kue ini terbuat dari tepung yang kemudian digoreng dan diberi gula di permukaannya. Rasanya enak sekali dan jadi mau jajan ini lagi nanti kalau jalan-jalan ke Kudus.
2. Jenang Kudus
Panganan yang ini khas juga khas kota Kudus, walaupun aku cuma membeli ini ketika ingin pulang menuju kampung halaman setelah selesai puasanan di pondok. Lebih tepatnya, aku membelinya di dalam bis saat ada penjual asongan yang menawarkan jenang Kudus ini kepada aku dan teman-temanku.
Rasanya ada berbagai macam, yang aku beli saat itu adalah rasa cokelat dan original. Manis rasanya dengan tekstur kenyal bisa dibilang ini sama saja dengan dodol, sih. Cuma beda namanya saja. Selama berada di Kudus, aku melihat jenang ini sudah dijadikan oleh-oleh khas dari kota Kudus.
3. Magelangan
Nah, kalau makanan yang satu ini pertama kali aku icip saat berada di Solo, setelah sampai di kos kakakku sepulang dari kota Kudus. Panganan ini seperti nasi goreng tapi ada sedikit tambahan mie, sayur, serta suiran ayam di dalamnya. Magelangan ini dijual di warung makan di depan kos kakakku dan yang menjadi pelayannya semua orang Sunda. Apakah makanan ini khas dari Sunda?
4. Ayam Bakar
Umum ada di manapun tapi khusus di Solo, aku merasakan ayam bakar yang memang rasanya sangat enak dibanding di Banjarmasin serta yang paling penting harganya jauh lebih murah. Warung yang menjual ayam bakar ini berada di Jalan Slamet Riyadi, Solo. Seingat ku daerahnya bernama Mesen, dekat Masjid Ash-Shadiq.
5. Pisang Karamel
Pertama kali aku merasakan pisang karamel berukuran besar dan murah itu juga di kota Solo. Harganya cuma dua ribu perak dan aku sudah dapatkan satu pisang karamel enak yang biasanya aku beli dan dijadikan takjil untuk berbuka saat itu. Orang yang menjual pisang karamel ini biasanya nongkrong di depan gerbang bagian belakang UNS.
6. Martabak Manis/Terang Bulan
Temanku bingung saat aku menyebut kue ini terang bulan. Ia berkata kalau ini adalah martabak manis. Ternyata ada perbedaan penyebutan kue ini di beberapa daerah. Di Kudus sendiri aku temukan bahwa kue ini disebut martabak, sedangkan di sini, di daerah dekat Magetan disebut terang bulan.
Martabak di sini harganya juga sangat murah, dengan lima ribu perak aku sudah dapatkan terang bulan satu kotak. Ukurannya memang tidak besar-besar amat sih dan teksturnya pun juga berbeda, kurang lembut. Tapi, paling tidak tetap manis lah.
7. Martabak Telur
Kalau yang ini disebutnya martabak telur, kalau di Banjarmasin in ya martabak. Beda kalau martabak manis, kalau di kota asalku disebutnya ya terang bulan. Sempat icip-icip martabak yang dijual di sini, Magetan, rasanya sama saja tidak terlalu ada perubahan yang signifikan. Lho? Udah kaya komentator makanan aja.
8. Pisang Molen
Kue yang satu ini sudah jadi kesukaanku dari dulu. Jadi, ceritanya pada saat aku masih ikut puasanan di pondok, pisang molen ini adalah kue yang paling aku cari saat itu. Namun, setelah beberapa kali keluar dari pondok (tentu minta izin dahulu) pada malam harinya, aku tetap tidak bisa menemukan penjaja yang menjual kue ini.
Lalu, setelah selesai puasanan aku dan teman-temanku mencari makanan untuk takjil dan berjalan-jalan dari menara Kudus menuju alun-alun Kudus. Di pinggir jalan, akhirnya aku temukan penjaja yang menjual pisang molen. Aku lalu membelinya langsung banyak karena sudah terlalu rindu dengan kue yang satu ini.
Singkat cerita, beralih ke cerita pisang molen ini tapi di tempat yang berbeda. Dekat kota Magetan tepatnya di Pesantren Sintesa, ada pisang molen yang dijual seharga seribu perak dan berukuran sangat besar. Hampir setiap hari aku dan teman-temanku membeli kue ini di warung dekat pondok aku menimba ilmu internet marketing.
9. Sempolan
Rasanya seperti cilok tapi sempolan ini dibuat menjadi seperti sate dan kemudian diberi sambal pedas manis di atasnya. Makanan murah meriah seharga lima ratus perak ini dijual hanya pada sore hari di warung dekat orang yang menjual pisang molen.
Pertama kali mencicipi sempolan, aku dan temanku langsung memesan sebanyak sepuluh ribu perak. Awalnya hanya lima ribu perak, tapi karena setelah icip-icip dua tiga tusuk kok rasanya enak. Eh, malah nambah lima ribu perak lagi.
10. Bubur Sum-sum
Masih satu tempat dengan orang yang jualan sempolan, tapi bubur ini hanya dijual pagi hari saja. Biasanya aku dan anak Sintesa lain pergi ke warung tersebut setelah kegiatan talaqqi selesai. Bubur ini disebut juga jenang, saat pertama kali aku mengira kalau bubur ini adalah jenang layaknya jenang Kudus. Panganan menjadi makanan wajib sebelum memulai aktivitas selama di pondok, paling tidak sejak tulisan ini diterbitkan.
Yup, sepertinya hanya itu saja makanan-makanan yang sempat aku jadikan objek wisata kuliner saat berada di Jawa, walaupun sekarang juga masih berada di pulau tersebut.
Leave a Reply